PenulisLepas.com, Situsnya Penulis!

Monday, November 07, 2005

Benarkah Kita Miskin?

Saya pikir Hari Raya Idul Fitri nggak bakalan "lewat" kampung saya. Soalnya sampai hari lebaran tiba, kondisi jalan raya di depan rumah masih tampak lenggang. Padahal tiap taun bisa dipastikan macet, bahkan sejak H-7. Sampai-sampai para pedagang asongan udah keliatan pada frustasi. Bayangin aja udah jauh-jauh hari mereka belanja berbagai makanan dan minuman buat didagangkan lagi. Bahkan toko di samping rumah saya udah beli 10 dus air mineral gelas dan 10 dus frutang.

"wah...tahun sekarang benar-benar kusut," kata salah seorang pedang asongan membuka pembicaraan.

"Kusut gimana kang?" Tanya saya. Saya lihat dagangannya masih penuh. Pedagang itu sesekali menyeka keringatnya.

"Masa dari tadi pagi sampai sekarang saya nunggu di sini jalanan masih lenggang. Bahkan kemarin saya hanya dapat 9 ribu di bis dari terminal Cileunyi sampai Malangbong. Padahal biasanya bisa lebih dari itu." Mungkin ini dampak dari kenaikan BBM, pikir saya. Jadi banyak orang yang nggak mudik. Atau mungkin mereka lebih memilih pake motor buat pulang kampung. Memang kalau dilihat-lihat, arus mudik sekarang lebih didominasi sama "si kuda besi" tadi. Sedangkan bus dan elf terlihat kosong.

Tapi apakah bener, nggak macetnya jalan raya sampai hari H gara-gara melonjaknya ongkos mudik? Atau jangan-jangan pikiran para pemudik yang sama. Mereka pikir kalau mudik setelah lebaran, mereka nggak akan terjebak macet. Soalnya tahun kemarin macet sudah dimulai sejak H-5.

Dan benar saja, kemacetan di depan rumah saya mulainya sejak ba'da dzuhur pas hari H-nya. Sampai sekarang. Wah...wah...wah...kayaknya bener juga pikiran pemudik sama.

Namun ada sesuatu yang aneh buat lebaran tahun ini. Bukan soal macetnya yang "telat" bukan juga volume kendaraan yang tak jauh berbeda dengan tahun kemarin. Tapi soal jenis kendaraan ---tentunya kendaraan pribadi.

Kalau dilihat-lihat, banyak sekali mobil-mobil keluaran baru yang harganya ratusan juta rupiah. Busyeeett.......Sampai-sampai ada mobil yang kursinya masih pake plastik.

Seorang polisi yang sedang bertugas mengatur arus lalu lintas sempat berujar, "Katanya Indonesia ini miskin, tapi dari tadi banyak mobil bagus." Mendengar ucapan tersebut saya hanya tersenyum. Kalau dipikir-pikir benar juga. Negara Indonesia katanya negara miskin. Hutangnya aja menggunung tinggi sampai-sampai harus ditanggung oleh seluruh rakyak Indonesia tak terkecuali bayi yang baru lahir sudah diberi beban buat bayar hutang. Terlebih, katanya lagi, semakin miskin dengan terus melonjaknya harga BBM. Sampai-sampai pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengucurkan dana Kompensasi BBM bagi rakyat miskin ---Sssst...lebih tepatnya dana sogokan buat memuluskan kebijakan kenaikan harga BBM--- walaupun entah rakyat miskin mana yang berhak mendapatkannya. Soalnya di lapangan banyak orang yang secara ekonomi tidak tergolong miskin juga yang secara fisik masih muda dan kuat mendapatkannya. Bahkan yang lebih ironis, aparat desa berlomba-lomba mendahulukan keluarganya atau dirinya sediri yang notabene tergolong mampu.

Ah, kalau saja benar negara Indonesia ini miskin, sudah jarang orang yang jalan-jalan ke luar negeri hanya untuk belanja. Para pengusaha mobil pun nggak akan berani memasarkan produk terbarunya di Indonesia yang harganya melangit untuk dompek rakyat Indonesia yang sekali lagi tergolong miskin. Nggak akan terus bermunculannya mall-mall dan pusat-pusat perbelanjaan sekelas hypermarket. Bahkan mungkin orang yang mengeluarkan zakat fitrah pun akan menurun drastis dan sebaliknya orang yang berhak menerima zakat akan semakin meningkat.

Tapi, mungkin saya terlalu berburuk sangka dengan kenyataan yang saya lihat. Entahlah!

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home