PenulisLepas.com, Situsnya Penulis!

Thursday, April 27, 2006

Dengan Apa Ada Cinta?

Oleh Fifit Ramdhan Nugraha


Sungguh beruntung saya bisa berkenalan dengan Tonny M. Djamhir. Dia telah banyak membantu saya untuk lebih memahami tentang apa itu cinta. Siapa yang mengkreasi cinta. Dari mana asal usulnya. Bagaimana cinta itu bisa tumbuh dalam hati yang kemudian menggerakkan perasaan, sikap, dan perilaku orang yang sedang dibuai cinta. Bagaimana membedakan antara cinta semu (pseudo love) dan cinta sejati (true love).

Di awal perkenalan dengan Tonny, saya hanya bisa terdiam kaku menerima berondongan kata-katanya mengenai hakekat cinta dalam karyanya Warna-Warna Kegelapan: Misteri Diri Manusia. Setiap kata-katanya seperti aliran listrik yang menempel dan menjalar ke seluruh tubuh. Mendobrak pintu kesadaran saya.

Tonny mengawali pembicaraannya dengan mengutip perkataan Philip B. Applewhite ---entah siapa karena Tonny tidak menjelaskan siapa Philip itu--- bahwa cinta digerakkan oleh kejadian molekuler. Secara biologis, rasa cinta timbul dari proses interaksi molekul dalam tubuh, namun motivasi sosialnya adalah jiwa.

Apakah benar bahwa cinta berkaitan dengan kejadian molekuler dalam tubuh? Menjawab pertanyaan ini Tonny mengambil contoh rasa rindu yang dimiliki manusia. Coba kita dengarkan kata-kata Tonny ini, "Kerinduan, dialah manifestasi rasa cinta pada diri manusia, timbul pada saat seseorang berada jauh dengan orang yang sangat dicintainya, adalah satu contoh peristiwa molekuler cinta dalam tubuh. Kerinduan menimbulkan berbagai persoalan fisik antara lain; hilangnya selera makan, tidur tidak nyenyak, atau kepala menjadi pusing. Fokus pikiran yang kuat terhadap seseorang yang dicintainya merupakan efek dari perbuatan mental, atau peristiwa molekuler".

Lantas setelah memberikan jawab seperti itu, Tonny merumuskan definisi cinta dan menjelaskan hubungannya dengan jiwa. Menurut Tonny, cinta adalah ruh sedang ruh bersifat cahaya, dan cahaya berasal dari nur Muhammad, dari ruh munculah jiwa. "Oleh karena itu jiwa bersifat reseprif (menerima) terhadap nur, termasuk menerima aliran cinta", tulis Tonny.

Karena jiwa bersifat reseptif sedangkan jiwa memiliki dua perspektif, yaitu sisi gelap dan sisi cahaya, maka Tonny pun menguraikan cinta ke dalam dua bagian tersebut yakni, bersifat cinta jasmani (kebendaan) dengan sifat panas dan keras (gelap), kedua bersifat cinta keruhanian dengan sifat sejuk dan lembut (cahaya).

Sifat cinta jasmani Tonny contohkan dalam perbuatan-perbuatan manusia seperti mencintai dirinya sendiri termasuk semua anggota badan yang menimbulkan rasa sempurna pada dirinya. dia jaga anggota badannya dengan baik, kalau sakit dia obati dan sebagainya. Manusia mencintai sanak keluarganya, hartanya, cinta pada keindahan alam, termasuk cinta pada keindahan suara, seni, dan sebagainya. Cinta seperti ini bersifat agresif, berkobar-kobar (emosional), keras, dan rapuh.

Sedangkan sifat cinta keruhanian mempunyai hubungan antara yang tampak dan tidak tampak (subyektif), yaitu cinta yang mendahulukan subyektif dari pada yang tampak seperti, cinta pada kepribadian seseorang lebih utama dari pada objeknya atau keelokan wajah maupun badannya. Cinta seperti ini, menurut Tonny, bersifat halus, dalam, dan abstrak. Dia diliputi cahaya kesadaran, keikhlasan, dan kesabaran.

Usai mendengar 'ceramah' Tonny khususnya perihal pembagian cinta dalam dua sifat di atas, saya sadar bahwa selama ini saya lebih bersemangat mengejar cinta jasmani. Sehingga saya pun terjebak dalam lingkaran pseudo love yang agresif, emosional, keras, rapuh, dan sementara. Kecintaan saya pada diri, lingkungan, bahkan teknologi yang sekarang kian bertambah pesat perkembangannya, justru lambat laun dan tanpa terasa menjadikan semua itu sebagai berhala-berhala baru, bahkan dengan versinya yang lebih modern.

Kecintaan pada diri yang berlebihan ditambah dukungan dengan menjamurnya industri mode dan perkara bagaimana cara berpenampilan telah menjerumuskan saya pada kehausan akan budaya penampilan diri. Bahkan saat ini sudah mulai bergeser secara mendasar pada tubuh. Sebuah budaya yang oleh Idi Subandy Ibrahim, seorang peminat media studies dan culture studies, disindir sebagai budaya pemujaan tubuh (fetishism of body).

Kegelapan jiwa semakin menjadi tatkala kecintaan pada kebendaan lebih mementingkan chasing daripada substansinya. Ujung-ujungnya membuat tujuan hidup di dunia pun menjadi dangkal dan kabur. Saya hanya berpikir bahwa cita-cita hidup itu sebatas dilahirkan, dibesarkan, sekolah, mencari uang sebanyak-banyaknya, menikah, membesarkan anak, dan menikmati masa tua sambil menunggu dijemput Izrail.

Padahal, Tonny menjelaskan bahwa cinta sejati (true love) sebagai puncak keindahan cinta adalah cinta pada Allah SWT, Pemilik segala kebendaan yang kita lihat, dengar, dan rasakan di dunia ini. Allah SWT tidak akan pernah menkhianati cinta hamba-Nya karena Dia Pemilik cinta sejati. Berkat kasih sayang-Nya yang tidak terbatas, manusia hidup di dunia ini dalam damai dan menikmati karunia yang tidak terbatas pula. Allah SWT menciptakan sayur-sayuran, buah-buahan, dan hewan untuk hamba-Nya. Allah SWT menciptakan hujan sehingga hamba-Nya bisa memiliki air yang segar untuk diminum. Tanpa tujuan, tidak akan pernah ada air di bumi. Padahal air sangat penting untuk semua makhluk hidup terutama manusia. Karena manusia tidak bisa bertahan hidup tanpa air selama beberapa hari.

Sedangkan cinta kebendaan yang tidak berdasarkan cinta pada Allah SWT hanya akan mendatangkan kebahagian sementara. Pemilihan hanya pada cinta jasmani, menurut Tonny, akan mengakibatkan manusia harus mengalami penderitaan, kesedihan, kekecewaan, dan keputusasaan oleh sebab cinta. Karena dalam perbuatannya menggunakan sifat yang gelap dan panas sehingga terbakar di dalamnya.

Lalu bagaimana mengetahui 'posisi cinta' saya selama ini. Apakah pada posisi gelap (cinta jasmani) atau posisi cahaya (cinta ruhani)?

Alhamdulillah, ternyata saya kembali beruntung mendapat jawabannya. Kali ini jawaban dari pertanyaan tersebut saya dapatkan dari Apip Muhammad lewat bukunya Pelangi Islam I. Pada bab yang membahasa masalah cinta, Apip menawarkan tips untuk mengetahui 'posisi cinta' saya melalui indikator-indikator cinta secara umum.

Apip menulis sedikitnya ada 5 indikator cinta yang diberikan oleh ulamat terdahulu. Pertama, cinta selalu ditandai dengan ingatan yang selalu hadir pada sesuatu yang dicintainya. Sehingga sang pencinta seringkali menyebut-nyebut sesuatu yang dicintainya itu. Orang yang derajat kecintaannya pada Allah SWT tinggi maka tidak ada sedetik pun waktu yang tertinggal dalam mengingat-Nya. "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan singa, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, seraya mengucapkan: 'Wahai Tuhan kami! Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksa neraka!'" (QS. Ali Imram, 3:190-191).

Kedua, menyukai (mencintai) apa yang disukai dan membenci apa yang dibenci sesuatu yang dicintainya. Jika Allah SWT menyukai sesuatu untuk dilakukan hamba-Nya maka orang yang benar-benar mencintai Allah SWT akan melaksanakannya dengan penuh keikhlasan walaupun terasa berat dalam melaksanakannya. Begitupun terhadap apa-apa yang dibenci Allah SWT maka akan dijauhinya meskipun itu merupakan sesuatu yang sangat disukainya. "Katakanlah, 'jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran, 3:31).

Ketiga, rasa rindu. Jauh ingin cepat bertemu dan kalau sudah bertemu tidak mau berpisah. Sungguh, orang yang benar-benar mencintai Allah SWT akan senantiasa mengharapkan datangnya waktu pertemuan. Menghadapkan wajah dan berkomunikasi dengan-Nya merupakan keindahan dan kebahagian tiada tara.

Keempat, cemburu. Seorang kekasih akan cemburu jika ia telah dimadu oleh orang yang mencintai dan dicintainya. Begitupun halnya jika sang pencinta mengkhianati cintanya pada Allah SWT dengan mencintai segala sesuatu melebihi cinta pada-Nya, maka Allah SWT akan cemburu pada sang pencinta itu. Tak ayal lagi predikat syirik akan disematkan padanya.

Kelima, pengabdian dan pengorbanan. Seperti pepatah para pendekat cinta, "gunung-gunung tinggi kan ku daki, lautan luas kan ku sebrangi". Cinta memang membutuhkan pengorbanan untuk memenuhi segala yang disenangi dan disukai sesuatu yang dicintainya. Sekalipun mempertaruhkan nyawa. Onak dan duri yang menghalangi petualangan cinta dianggapnya sebagai hiasan.

Indikator-indikator cinta di atas merupakan barometer untuk mengukur tinggi rendahnya derajat kecintaan manusia pada Allah SWT.

Wah...wah...wah..... kalau melihat indikator-indikator di atas sepertinya saya masih jauh petualangan cinta saya. Tapi mudah-mudahan saya mampu menjalaninya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home