PenulisLepas.com, Situsnya Penulis!

Saturday, November 26, 2005

Quantum Learning

Saya baru mengerti kenapa dulu temanMazrenk tidak setuju dengan buku-buku seriquantum seperti Quantum Learning karya Bobby DePorter dan Mike Hernacki. Tak setujuntya temanMazrenk pada cara belajar dengan metode Quantum terletak pada sisi filosofis Quantum itu sendiri yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Dasar pemikiran teori Quantum berangkat dari pandangan ideologi materialisme ilmiah. Seperti diketahui ideologi materialisme memandang bahwa manusia dan makhluk-makhluk hidup lainnya merupakan produk dari rangkaian kebetulan belaka. Oleh karena itu, mereka yang menganut paham ini menafikan peran Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. lihat saja apa yang diungkapkan Stephen Hawking dalam karyanya A Brief History of Time berikut ini:
"Sejauh semesta ada titik awalnya, kita dapat mengira ada penciptanya. Namun, seandainya semesta benar-benar sepenuhnya mencukupi pada dirinya sendiri, tidak memiliki batas atau titik ujung, semesta tidak memiliki baik titik awal maupun akhir: semesta hanya sekedar ada. Kalau begitu di mana tempat bagi sang Pencipta?"
Jawaban ini saya dapatkan dari Armahedi Mahzar ketika memberikan pengantar pada buku karya Dr.Keith Ward, seorang Pendeta Anglikan terkemuka di Inggris yang juga profesor Teologi dan Dekan Fakultas Teologi Universitas Oxford, yang berjudul Dan Tuhan Tidak Bermain Dadu (2002).
Dalam pengantarnya, Armahedi menjelaskan teori quantum berujung pada kebetulan atau ketidakpastian. Oleh sebab itu, Albert Einstein, Bapak Teori Relativitas, menolak pemikiran filosofis Werner Heisenberg, salah seorang perumus komprehensif pertama teori Quantum, dengan melontarkan ungkapan metaforik yang kemudian dijadikan judul Dr. Keith Ward di atas.
Dengarkan yang dibicarakan Armahedi! "Teori Relativitas berujung pada gambaran bahwa alam semesta terbatas dalam ruang dan berkembang meluas tak terhindarkan. Bermula pada suatu Dentuman Besar di awal semesta. Teori Quantum berujung pada gambaran bahwa pada skala terkecil benda-benda, termasuk jagat raya diawal kehidupannya, peristiwa-peristiwa fisik merupakan kebetulan tanpa sebab."
Nah, dasar filosofis Heisenberg inilah yang mungkin diangap teman Mazrenk bertentangan dengan Islam. Tentu saja dalam Islam telah dijelaskan secara gamblang bahwa yang menciptakan alam semesta ini adalah Allah SWT, Rob al 'aamiin.
"Tidakkah orang-orang kafir mengerti bahwa langit dan bumi semula berpadu (sebagai suatu kesatuan dalam penciptaan), lalu keduanya Kami pisahkan? Dari air Kami jadikan segalanya hidup. Tidakkah mereka mau beriman juga?" (QS. al-Anbiya', 30).
Seperti dinyatakan dalam ayat di atas, apa saja, bahkan di 'langit dan bumi' yang belum tercipta sekalipun, diciptakan dengan suatu Ledakan Dasyat dari suatu titik tunggal, dan membentuk alam semesta yang sekarang ini dengan saling terpisah.
Jika dibandingkan pernyataan ayat di atas dengan Teori Ledakan Dasyat (Big Bang Theory), maka dapat diketahui bahwa ayat itu sepenuhnya cocok dengan teori tersebut. Namun, baru pada abad ke-20, Ledakan Dasyat dikemukakan sebagai teori ilmiah.
Meluasnya alam semesta itu merupakan salah satu bukti terpenting bahwa alam semesta diciptakan dari ketidakadaan. Meskipun kenyataan ini ditemukan oleh ilmu pengetahuan sampai abad ke-20, Allah telah menjelaskan kenyataan ini dalam Al Qur'an, 1400 tahun silam.
"Dengan kekuasaan Kami membangun cakrawala, dan Kami yang menciptakan angkasa luas." (QS. adz-Dzaariyaat:47).
By the way, meskipun dasar filosofis Quantum Learning berangkat dari pemikiran materialisme bukan berarti harus ditolak mentah-mentah. Sebab, Quantum Learning ---walaupun bukan satu-satunya metode--- sudah membuktikan diri dalam upaya melejitkan potensi belajar manusia.
Jika sekiranya Teori Quantum benar-benar harus ditolak tanpa tendeng aling-aling, maka Teori Relativitas pun harus dimusnahkan ---tanpa tanda kutip--- dari muka bumi. Kenapa?
Meskipun teori Relativitas berpijak pada pandangan teisme, tapi teori E=MC2 ini berujung pada penemuan bom atom yang menjadikan paruh kedua abad lalu sebagai lapangan balap menuju kehancuran, ketika dua negara adidaya berlomba-lomba mengembangkan persenjataan nuklir. Lihat saja dampaknya di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, ketika jutaan nyawa terpanggang bara api "kotoran burung besi" Amerika. Mengerikan!
Saya pikir, yang harus dilakukan terhadap Teori Quantum adalah pembersihan dari paham materialisme itu sendiri seperti yang dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan Islam zaman dulu ketika berjibaku dengan filsafat-filsafat yunani kuno. Toh, Teori Quantum telah memberikan sumbangan besar terhadap akselarasi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang berujung pada tergelarnya Internet yang membongkar batas-batas antarnegara. Wallahu'alam bishawab.

Monday, November 07, 2005

Benarkah Kita Miskin?

Saya pikir Hari Raya Idul Fitri nggak bakalan "lewat" kampung saya. Soalnya sampai hari lebaran tiba, kondisi jalan raya di depan rumah masih tampak lenggang. Padahal tiap taun bisa dipastikan macet, bahkan sejak H-7. Sampai-sampai para pedagang asongan udah keliatan pada frustasi. Bayangin aja udah jauh-jauh hari mereka belanja berbagai makanan dan minuman buat didagangkan lagi. Bahkan toko di samping rumah saya udah beli 10 dus air mineral gelas dan 10 dus frutang.

"wah...tahun sekarang benar-benar kusut," kata salah seorang pedang asongan membuka pembicaraan.

"Kusut gimana kang?" Tanya saya. Saya lihat dagangannya masih penuh. Pedagang itu sesekali menyeka keringatnya.

"Masa dari tadi pagi sampai sekarang saya nunggu di sini jalanan masih lenggang. Bahkan kemarin saya hanya dapat 9 ribu di bis dari terminal Cileunyi sampai Malangbong. Padahal biasanya bisa lebih dari itu." Mungkin ini dampak dari kenaikan BBM, pikir saya. Jadi banyak orang yang nggak mudik. Atau mungkin mereka lebih memilih pake motor buat pulang kampung. Memang kalau dilihat-lihat, arus mudik sekarang lebih didominasi sama "si kuda besi" tadi. Sedangkan bus dan elf terlihat kosong.

Tapi apakah bener, nggak macetnya jalan raya sampai hari H gara-gara melonjaknya ongkos mudik? Atau jangan-jangan pikiran para pemudik yang sama. Mereka pikir kalau mudik setelah lebaran, mereka nggak akan terjebak macet. Soalnya tahun kemarin macet sudah dimulai sejak H-5.

Dan benar saja, kemacetan di depan rumah saya mulainya sejak ba'da dzuhur pas hari H-nya. Sampai sekarang. Wah...wah...wah...kayaknya bener juga pikiran pemudik sama.

Namun ada sesuatu yang aneh buat lebaran tahun ini. Bukan soal macetnya yang "telat" bukan juga volume kendaraan yang tak jauh berbeda dengan tahun kemarin. Tapi soal jenis kendaraan ---tentunya kendaraan pribadi.

Kalau dilihat-lihat, banyak sekali mobil-mobil keluaran baru yang harganya ratusan juta rupiah. Busyeeett.......Sampai-sampai ada mobil yang kursinya masih pake plastik.

Seorang polisi yang sedang bertugas mengatur arus lalu lintas sempat berujar, "Katanya Indonesia ini miskin, tapi dari tadi banyak mobil bagus." Mendengar ucapan tersebut saya hanya tersenyum. Kalau dipikir-pikir benar juga. Negara Indonesia katanya negara miskin. Hutangnya aja menggunung tinggi sampai-sampai harus ditanggung oleh seluruh rakyak Indonesia tak terkecuali bayi yang baru lahir sudah diberi beban buat bayar hutang. Terlebih, katanya lagi, semakin miskin dengan terus melonjaknya harga BBM. Sampai-sampai pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengucurkan dana Kompensasi BBM bagi rakyat miskin ---Sssst...lebih tepatnya dana sogokan buat memuluskan kebijakan kenaikan harga BBM--- walaupun entah rakyat miskin mana yang berhak mendapatkannya. Soalnya di lapangan banyak orang yang secara ekonomi tidak tergolong miskin juga yang secara fisik masih muda dan kuat mendapatkannya. Bahkan yang lebih ironis, aparat desa berlomba-lomba mendahulukan keluarganya atau dirinya sediri yang notabene tergolong mampu.

Ah, kalau saja benar negara Indonesia ini miskin, sudah jarang orang yang jalan-jalan ke luar negeri hanya untuk belanja. Para pengusaha mobil pun nggak akan berani memasarkan produk terbarunya di Indonesia yang harganya melangit untuk dompek rakyat Indonesia yang sekali lagi tergolong miskin. Nggak akan terus bermunculannya mall-mall dan pusat-pusat perbelanjaan sekelas hypermarket. Bahkan mungkin orang yang mengeluarkan zakat fitrah pun akan menurun drastis dan sebaliknya orang yang berhak menerima zakat akan semakin meningkat.

Tapi, mungkin saya terlalu berburuk sangka dengan kenyataan yang saya lihat. Entahlah!